Daun-daun layu kini berguguran ucapkan selamat tinggal
Batang-batang kering mulai mengelupas jatuh jauh ke tanah
Busukmu mulai jatuh bergelimpangan memberi racun pejalan
Namun satu, akar tetap kuat mengakar hingga ke dasar titik pusar
Telingaku bosan mendengar suara merdu namun palsu
Mataku terlalu lelah melihat wajah manis menari berputar arah
Logikaku dipaksa setuju dengan skenario mengarang bebas itu
Hatiku mulai tersesat menilai cuap-cuap sampah yang mengarah
Bukankah memang begitu adanya sebuah lingkaran kehidupan
Selalu ada bumbu-bumbu yang membuat kita patah arang
Bukan karena banyaknya luka, namun karena banyaknya ribuah rasa pulih
Dan, bukan seberapa kali aku jatuh, tapi seberapa kali aku bangkit
Dunia tidak (mau) tahu apa yang sudah aku lewati
Entah itu kubangan lumpur atau hamparan kenyamanan
Mereka hanya akan meneropongi sebuah pencapaian hasil
Menilai sesuka hati, tanpa menyadari bahwa sedang melukai sebuah hati
Terima kasih untuk segumpal duka, karena itu telah mengantarkan sebuah suka
Terima kasih untuk rasa sakit, karena itu telah membuatku bangkit
Terima kasih untuk luasnya cinta, karena itu telah membawaku bahagia
Terima kasih untuk rasa menghargai, karena dengan begitu aku belajar menghormati
Bandung, 22 Juni 2016
Rara Febtarina
"Terinsipirasi dari orang-orang yang menuntut kita untuk sempurna, dan dari orang-orang terkasih yang mendukung kita walaupun tahu kita tidak sempurna."
mantab tenan :)
ReplyDeleteTerima kasih sekali Kak Amanda :)
DeleteLeh uga nih kak
ReplyDeleteMaacih ya Dek
Deletelooooveeee
ReplyDeletethanks ibu supportnya <3
Delete